INISIASI AKAR
I. Tujuan Percobaan
Merangsang pembentukan akar pada stek batang kacang panjang dengan auksin
II. Pendahuluan
Zat Pengatur Tumbuh atau ZPT digunakan untuk mengendalikan dan mendukung kelangsungan hidupnya. Unsur ZPT ini merupakan hormon pada tumbuhan yang merupakan senyawa kimia yang diekskresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya. Dan salah satu tipe Zat Pengatur Tumbuhan tersebut yang telah diidentifikasi yaitu auksin (Wattimena 1988).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksi adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung (Lakitan 1996).
Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu ditunjukkan bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan auksin (Anonim 2008). Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya aiksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar (Wattimena 1988).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury & Ross 1995).
III. Hasil Pengamatan
Tabel Pengaruh Auksin terhadap Inisiasi Akar
Perlakuan | Jumlah baris akar lateral | Jumlah akar lateral | Jumlah primordia akar | Panjang rata-rata akar (cm) |
Destilata (kontrol) | 4 | 6 | 0 | 3.43333 |
Hoagland+hara mikro | 4 | 4 | 0 | 1.56667 |
Hoagland+0,1mg IAA/l | 3 | 7 | 2 | 2.26667 |
Hoagland+1,0mg IAA/l | 3 | 3 | 0 | 0.40000 |
IV. Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan akar yang paling baik ditunjukkan oleh tanaman dengan perlakuan Hoagland+0,1mg IAA/l. Pada konsentrasi tersebut, keberadaan auksin memicu terbentuknya primordial akar sehingga jumlah akar lateral pada perlakuan tersebut cukup banyak jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada konentrasi 1,0 mg IAA/l, pertumbuhan akar terlihat tidak maksimum. Hal tersebut dimungkinkan karena konsentrasi IAA tersebut terlalu tinggi sehingga efeknya terhadap pembentukan primordia tidak optimum. Pada konsentrasi tertentu, auksin dapat mendorong fase perkembangan tetapi akan menghambat bila konsentrasinya dinaikkan dari suatu konsentrasi yang mendorong pembesaran sel pada pucuk dan memungkinkan menghambat perbesaran sel pada akar dan tumbuhan yang sama (Wattimena 1988)
.
Tanaman kontrol (ditanam dalam destilata) memiliki memiliki jumlah baris akar lateral sebanyak 4, jumlah akar lateral yang panjangnya lebih dari sama dengan 1 mm ada 6, jumlah primordial akar lateral yang panjangnya kurang dari 1 mm dalam tiap baris tidak ada, dan panjang akar lateralnya adalah 3,433 cm. Pada tanaman ini, pertumbuhan akar yang cukup baik jika dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada Hoagland tanpa IAA maupun dengan IAA 1,0mg/l. Pada perlakuan dengan Hoagland+hara mikro tanpa IAA, seharusnya menunjukkan pertumbuhan akar yang lebih baik dari kontrol karena jumlah hara yang diperlukannya tercukupi dengan baik. Hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor internal pada tanaman tersebut (Wattimena 1988).
.
V. Kesimpulan
Auksin dapat memicu ataupun mempercepat pembentukan akar lateral pada tanaman yang di-stek. Akan tetapi pada konsentrasi tertentu, auksin dapat menghambat bila konsentrasinya dinaikkan dari suatu konsentrasi yang mendorong pembesaran sel pada pucuk dan memungkinkan menghambat perbesaran sel pada akar dan tumbuhan yang sama.
VI. Daftar Pustaka
Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Salisbury F B , Ross CW.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB PressWattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU IPB.
VII. Jawaban Pertanyaan
1. Pengaruh dari pemberian hormon auksin pada percobaan kali ini yaitu dapat merangsang pertumbuhan dan inisiasi akar lateral dan perpanjangan akar lateral pada konsentrasi tertentu. Penambahan hormon auksin dengan konsentrasi tertentu dapat menghambat pemanjangan akar lateral seperti IAA pada konsentrasi 1,0mg/l yang mulai menghambat pertumbuhan akar lateral.
2. Untuk membedakan pengamatan pada perlakuan 1(destilata) dan 2 (Hoagland+hara mikro tanpa IAA) dapat dilihat dari adanya defisiensi hara pada perlakuan 1 karena tanaman tidak diberi hara(makro ataupun mikro) untuk menunjang pertumbuhannya. Namun pada kedua perlakuan tersebut tentunya tidak dijumpai primordial akar karena jumlah auksin tidak mencukupi untuk menginisiasi pertumbuhan primordial akar.
3. Konsentrasi auksin 0,1mg/l terlihat efektif untuk menginisiasi akar, karena jika konsentrasi ditingkatkan lagi maka proses inisiasi akan terhambat. Sedangkan jika konsentrasi IAA sangat kurang, inisiasi akar tidak terjadi secara maksimum.
4. Auksin memiliki banyak kegunaan praktis di lapang. Antara lain:
a. Mengatur pengembangan sel ataupun jaringan.
b. Phototropisme
c. Merangsang pertumbuhan kalus pada kultur jaringan.
d. Mengatur dominansi apical
e. Inisiasi akar
f. Mencegah absisi dan senescence
g. Geotropisme
h. Buah partenokarpi
i. Peningkatan volume buah
0 komentar:
Posting Komentar