BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Dalam kehidupan manusia didunia ini banyak ditemui usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Keseluruhan proses kerjasama itu dinamakan organisasi. Dengan kata lain organisasi adalah proses atau rangkaian kegiatan kerja sama sejumlah orang, untuk mencapai tujuan tertentu (Nawawi dan Handari, 1995:8).
Setidaknya ada dua jenis organisasi yaitu Organisasi formal dan non formal. Organisasi formal memiliki struktur yang relatif permanen, prosedur dan mekanisme yang statis, pasti dan teratur. Sedangkan Organisasi non formal memiliki struktur yang semi permanen, prosedur dan mekanismenya mudah berubah sesuai dengan kebutuhan dan keputusannya cenderung ditentukan oleh kesepakatan bersama.
Baik organisasi formal maupun non formal, pasti memeriukan seseorang untuk menempati posisi pemimpin (leader). Seorang pemimpin didalam sebuah organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan. Dengan kata lain pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan adalah kegiatannya. Sehubungan dengan itu maka kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan / kecerdasan mendorong sejumiah orang agar bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama (Nawawi dan Handari, 1 995:9).
Didalam kepercayaan Hindu ada beberapa sifat pemimpin yang harus di pedomani oleh setiap orang yang disebut Astabratha. Olehkarena itu, disini penulis bermaksud untuk memaparkan lebih lanjut mengenai pengertian Astabrata sebagai pedoman bagi seorang pemimpin Hindu.
1.2.Rumusan Masalah;
1. Bagaimanakah pengertian Astabrata sebagai pedoman kepemimpinan Hindu?
2. Bagaimanakah aplikasi Astabrata sebagai pedoman bagi seororang pemimpin Hindu?
BAB II
ISI
2.1. Pengertian Asta Brata Sebagai Pedoman Kepemimpinan Hindu
Asta brata adalah delapan sifat utama Para Dewa (penjaga alam semesta) yang patut dimiliki oleh seorang pemimpin khususnya, khususnya seorang Kepala Negara. Uraian tentang Asta Brata, mula-mula dijelaskan pada ayat Weda Smerti (Menawa Dharmasastra), sebagai berikut.
Menawa Dharmasatra Dharmasastra VII
Indranila yamarkanam Agnecca warunasya ca,
Candrawitteca yocaiwa mantara nirhrtya cacwatih.
Artinya: untuk memenuhi maksdu dan tujuan itu, Raja harus memiliki sifat-sifat partikel yang kekal dari Dewa Indra, Wahyu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra, dan Kuwera.
Setealah kitab Menawa Dharmasastra, uraian htentang Asta Brata juga ada dijelaskan pada kitab Ramayana dalam bentuk:
a. Wejangan Sang Rama kepada Sang Bhatara tentang syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang Raja, ketika Sang Bharata diberi tugas untuk menduduki tahta Kerajaan Ayodhya atas nama Sang Rama.
b. Wejangan Sang Rama kepada Wibisana, mengenai syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang Raja, ketika Widisana dinobatkan sebagai Raja di Alengka.
Adapun bagian-bagian dari Asta Brata yakni:
1. Indra Brata
Indra brata adalah sifat seorang pemimpn (raja) yang dapat memberikan kesenangan material (kesejahtraan atau kemakmuran) bagi yang dipimpinnya.
Dewa indra adalah dewa penguasa hujan. Tenjtang Indra Brata antara lain dapat dijelaskan pada ayat kekawin Ramayana berikut:
Niham bratani Sang Hyang Indara lapen
Sire angudanaken tumpraping jagat
Sire tan tudalen ta Indra Brata
Sudana ya hudan ta nag liab irab.
Artinya:
· Inilah lakunuya Hyang Indra yang sebaiknya kau ambil,
· Ia mendatangkan hujan dan mententramkan dunia,
· Sifat dan pikirannya itu henkdaknya kau tiru,
· Hendaknya kau menghujankan hadiah yang banyak dan merata pada segenap bawahanmu.
2. Yama Brata
Yama brata, adalah sifat seorang pemimpin yang dapat menegakkan kebenaran dan keadilan terhadap bawahannya, dengan memberi hukuman kepada yang berbuat salah sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya.
Dewa yama adalah Dewa penegak kebenaran dan keadilan. Uraian tentang yama Brata yang dijelaskan dalam kekawain Ramayana adalah sebagai berikut:
Yama Brata dumanda karmaphala
Sirekena malung maling yar pejah
Umilhwa kita malwa ngolah salah
Asing umawarang sarat prih pati.
Atrinya:
Laku Hyang Yama adalah menghukum yang jahat
Ia memukuli pencuri-pencuri bahkan sampai mati
Demikian pula hendaknya kau ikut memukul semua perbuatan jjyang salah
Singkirkanlah semua orang yang berusaha merintangi
Jadi berdasarkan pemamaparan kekawin diatas maka Yama Brata adalah sifat seorang pemimpin yang tidak pilih kasih dalam menjatuhkan hukuman, karena fungsi hukuman adalah untuk mendidik, ,baik bagi yang terhukum sendiri maupun bagi yang lainnya.
3. Surya Brata
Surya brata adalah sifat seorang pemimpin yang dapat memberikan penerangan yang menyeluruh dan merata kepada seluruh bawahannya, serta tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.Seorang pemimpin hendaknya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan sebelum memperoleh informasi yang lengkap dan dapat dipercaya kebenarannya, yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan. Dewa Surya adalah dewa matahari dimana seorang pemimpin hendaknya memiliki oleh Urya sebagai osumber penerangan dan sumber energi. Penerangan yang jelas, merata dan menyeluruh adalah penting agar seluruh bawahan yang di pimpin memahami apa yang patu diketauinya. Dan dalam kekawin ramayan di sebutkan bahwa:
Bathara rawi mangisep wai lana
Ndatan kara saneh-saneh denering
Samangkana kita talap pangguhen
Tatar gelasa yeka Sura Brata.
Artinya:
Bhatra Surya Selalu menghisap air tiada hentinya
Perlahan-lahan, demikian tindakannya,
Demikian pula hendaknya dalam mengambil suatu keputusan,
Janganlah tergesa-gesa, inilah Surya Brata namanya.
4. Candra Brata
Candra brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus dapat wajah yang tenang, berseri-seri, dan ceria, sehingga menyejukkan dan memberi kepuasan bathin bagi rakyatnya.
Dewa Candra adalah dewa bulan yang merupakan simbul kesejukan. Dan dalam kekawin Ramayana di sebutkan bahwa:
Sasi brata humar sukang rat kabeh
Ulatha mardu komala yan katon
Guyu tan mamanis ya tulyamrta
Asing matuha pandidat swagatan
Artinya:
Laku Dewa Bulan adalah menggembirakan seluruh dunia
Seperti bulan itulah hendaknya tingkah lakumu kelihatan lemah lembut
Hendaknya senyummu manis seperti amerta
Semua orang tua dan cerdik pandai, kamu hormati dengan selayaknya.
5. Banyunila Brata
Banyunila brata adalah sifat seorang pemimpin yang dalam menerima data atau laporan hendaknya menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu, sedapat mungkin dari sumber yang paling bawah, tanpa diketahui oleh si pembuat laporan maupun pihak lainnya. Seperti lahnya sifat angin yang memasuki semua tempat sampai ke yang sekecil mungkin. Dalam kekawi Ramayana disebutkan bahwa:
Hanginta kita yat manginta ulah
Huma-weruhana buddhi-ning rat kabeh
Sucara ya panon ta tatan katon
Ya dibhya guna suksma bayu brata.
Artinya:
Hendaknya kamu meniru prilaku Dewa angin,
Jika menghadapi prilaku bawahan terutama perbuatan buruk,
Hendaknya kamu ketahui tanpa diketahui bawahan lainnya,
Demikianlah sifat-sifat Dewa Angin, luhur dan tidak tampak oleh siapapun langkah-langkahnya.
6. Kuwera Brata
Kuwera brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus hemat dan cermat dalam menggunakan keuangan negara, dan juga harus rapi, baik dalam berpakaian, berbicara, maupun bertindak. Dalam kekawin Ramayana juga dijelaskan bahwa;
Manuk yang uphaboga sinambin inak
Taman panepenging pangan mwang inum
Manandangan mabusana mayusa
Nahan ta dhanaba brata nung tirun.
Artinya:
Kecaplah segala keindahan dan kenikmatan,
Aturlah dalam makan dan minum,
Berpakaianlah yang rapi dan pakailah perhiasan yang pantas,
Demikianlah laku dewa Kuwera yang patut ditiru.
7. Baruna Brata
Yaitu sifat seorang pemimpin yang harus berusaha keras dengna segala kemampuannya untuk menyelamatkan segala hal-hal yang mengganggu kenyamanan bawahannya, serta berpengetahuan luas sehingga dapat memecahkan segala permasalahan. Dewas Baruna terkenal sebagai Dewa Laut yang mempunyai senjata ampuh yang disebut Nagaphasa. Dengan senjata ampuh inilah maka tiada masalah yang terselesaika. Seperti yang terdapat dalam kekawin Ramayana berikut ini:
Bhatara Baruna angega sanjata
Mahawisaya nagapasa ngapus
Sira ta tuladen ta pasa brata
Kita mapusanang watek durjana.
Artinya:
Dewa Baruna memegang senjata,
Nagapasah yang sangat berbisa dan mengikat,
Dialah hendaknya kamu tiru,
Yakni dapat memusnahkan semua penjahat.
8. Agni Brata
Agni Brata adalah sifat seorang pemimpin yang harus berani dalam menghadapi segala rintangan, tuntutan dalam menyelesaikan segala masalah, serta mampu membangkitkan semangat kerja bawahannya. Seperti halnya yang tercantum dalam kekawin Ramayana dibawah ini:
Lanang sengi satru bahnibrata
Galakta rimusuh yakapuy
Asing sahina senta sirna pasah
Ya tekana sinangguh Agni Brata
Artinya:
Laku Dewa Api adalah selalu membakar musuh,
Hendaknya kamu ganas dan tegas terhadap musuh seperti api,
Barang siapa kamu serang pasti akan kalah,
Hal seperti itulah yang dipandang sebagai laku Dewa Api.
2.1. Aplikasi Astabrata Sebagai Pedoman Bagi Seorang Pemimpin Hindu
Untuk lebih memahami pengaplikasian Asta Brata sebagai epdoman seorang pemimpin mari kita simak kutipan cerita Ramayana dibawah ini;
Diceritakan, di negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodya dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Dasarata. Ia mempunyai 3 istri yaitu Dewi Kausalya (Sukasalya) yang berputra Rama sebagai, Kekayi yang melahirkan Barata, dan Dewi Sumitra yang berputra Lasmana dan Satrugna (Satrugena). Dalam sayembara (swayamwara) di Wideha (Manthili) Rama berhasil memboyong Sinta putra Janaka. Sinta kemudian menikah dengan Rama.Bagian ke dua disebut Ayodya Kandha mengisahkan Raja Dasarata sudah tua. Maka Sang Prabu menghendaki turun tahta dan Rama diserahi untuk menggantikannya sebagai raja di negeri Ayodya. Tanpa berpikir panjang tentu saja Rama sebagai anak sulung menyanggupkan diri. Raja Dasarata memerintahkan agar negeri dihias dengan sebaik-baiknya untuk peresmian penobatan raja bagi Sri Rama yang baru saja menikah.
Tetapi alangkah kagetnya sang Raja Dasarata bahwa di malam hari menjelang penobatan Rama, dewi Kekayi mengingatkan pada Dasarata akan janji yang telah diucapkan tentang anaknya si Barata agar bisa naik tahta. Dan selanjutnya agar Barata tenang memerintah Ayodya, Dewi Kekayi memerintahkan kepada Rama dan Sinta agar meninggalkan Ayodya dan hidup di hutan Kanyaka atau Dhandaka selama 14 tahun. Tentu saja sang Prabu Dasarata sedih sekali dan tidak kuasa menolak janji yang telah diucapkan kepada Kekayi. Hampirhampir sang Dasarata lari akan bunuh diri. Namun Sri Rama tahu akan gelagat itu, dengan rela hati bersama Sinta untuk melepaskan haknya dan pergi ke hutan selama 14 tahun. Tidak mau ketinggalan Lasmana ikut dalam pengungsian ke hutan.
Sejak itulah Sang Dasarata meninggal. Barata diangkat sebagai raja. Sesaat menduduki singgasana ia kemudian jatuh. Selanjutnya Barata tidak mau naik tahta, kemudian lari mencari Rama di hutan untuk menyerahkan kembali pemerintahan kepada kakaknya, tetapi Sri Rama harus menggenapkan14 tahun di hutan. Untuk tetapat menjadikan adiknya sebagai raja, kemudian Sri Rama mengajarkan ajaran Asta brata kepada Bharata. Bharata pun mulai mengerti maksud Rama dan menerima kemballi titah Rama untuk menjadi raja di Ayodya. Sesampainya di Ayodya Bharata kembali memimpin Ayodya dengan menerapkan delapan sifat kepemimpinan yang dihajarkan Rama kepadanya. Alhasil Ayodya yang dulunya tidak terpimpin dengan baik setelah kematian Ayahandanya, kini bisa kembali terpimpin dengan makmur kembali atas penerapan Asta brata yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasrkan uraian diatas, dapat kita simak bahwa Asta Brata dapat dijadikan petunjuk dalam memanajemen masa kini, terutama dalam hubungan antar personal (human relation) dalam mencapai tujuan bersama tanpa mengabaikan rasa kemanusiaan dari seomua pihak, baik pemimpin maupun yang dipimpin.
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan disini adalah alangkah baiknya jika setiap orang dapat menerapkan Asta Brata dalam dirinya masing-masing. Karena dengan penerapannya yang baik, nantinya Asta Brata akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memipin diri sendiri, keluarga, bahkan orang banyak kedepannya.
Pustaka Daftar
Mangku, I Wayan. 2008. Diktat Kuliah Pengantar Agama Hindu. Institut Pertanian Bogor.
http//:www.parisada.org
By: Hendra Dinata & Rima Margatera
0 komentar:
Posting Komentar