Glitter Words

Jumat, 02 Desember 2011

Komoditas Tanaman Perkebunan


Komoditas Tanaman Perkebunan (Cikabayan)

PENDAHULUAN 
Latar Belakang
            Tanaman perkebunan merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan devisa yang cukup besar bagi negara Indonesia. Selain itu sektor perkebunan menjadi komoditi unggulan dan sangat potensial untuk dikembangkan. Oleh sebab itu penting kiranya untuk kita sebagai mahasiswa pertanian untuk mengetahui dan mendalami lebih jauh tentang tanaman yang masuk kedalam sektor perkebunan.

            Tanaman tahunan adalah tanaman yang pada umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan. Tanaman tahunan terdiri atas beberapa jenis. Pertama, tanaman semusim/berumur pendek, yaitu tanaman  perkebunan yang pada umumnya berumur kurang dari satu tahun dan pemanenannya dilakukan sekali panen langsung bongkar. Kedua, perkebunan besar yaitu perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh perusahaan yang berbadan hukum. Perkebunan besar terdiri dari Perkebunan Besar Negara (PTP/PNP) dan Perkebunan Besar Swasta Nasional/Asing. Ketiga, Perkebunan Rakyat (tidak berbadan hukum). Perkebunan rakyat dibagi menjadi, pertama adalah usaha kecil tanaman perkebunan rakyat, adalah usaha tanaman perkebunan yang diselenggarakan atau dikelola secara komersial oleh perusahaan perseorangan yang tidak berakte notaris dan memenuhi kriteria tertentu. Kedua, Usaha rumah tangga perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang tidak berbadan hukum yang diselenggarakan atau dikelola oleh rumahtangga perkebunan dan belum memenuhi criteria usaha kecil tanaman perkebunan rakyat.

 

Tujuan

            Pengamatan berbagai jenis tanaman perkebunan ini berjutuan agar mahasiswa mengetahui berbagai jenis komoditi perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Sehingga dengan mahasiswa dapat memaksimalkan potensi tersebut. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa kepada berbagai jenis tanaman perkebunan.

 

 

BAHAN DAN METODE

 

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam kegiatan ini hampir tidak ada, sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh tanaman karet, tanaman kelapa, tanaman kelapa sawit, tanaman kopi, tanaman kakao, dan tanaman teh. Semua contoh tanaman perkebunan tersebut berada kebun percobaan Cikabayan.

Metode
            Metode yang dilakukan adalah observasi lapangan, dimana kita terjun langsung kekebun percobaan Cikabayan dan mengidentifikasi berbagai jenis tanaman perkebunan yang ada. Kegiatan observasi tersebut didampingi oleh assisten praktikum masing-masing.



















HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman Teh
Text Box: Gambar 3.1 Daun TehTanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal  yaitu varietas assamica yang berasal dari Assam dan varietas sinensis yang berasal dari Cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang runcing, sedangkan varietas sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul. Nama ilmiah tanaman teh yaitu Camelia sinensis yang termasuk marga (genus) Camelia dari suku ( famili) Theaceae. Tanaman teh pada umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200- 2.300 meter dpl.

Sifat-Sifat Botani Teh

Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan cukup sulit dapat mempertrahankan akar tunggang sedalam 90 cm – 150 cm dengan diameter sekitar 7,5 cm. Pertumbuhan akar ke arah lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya. Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik, setelah 4 tahun ujung akarnya saling bertemu. Tetapi di kebun induk biji yang berjarak 4,5 m-5,5 m akar kemudian dapat saling bertemu juga. Perakaran utama berkembang pada lapisan atas sedalam 0 cm- 25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah.
Pertumbuhan daun pada persemaian (seedling) atau setek (cutting) dimulai dari poros utama dan secara filotaksis berselang-seling. Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang berbentuk sesudahnya. Besarnya daun berkisar antara 2,5 cm-25 cm, tergantung pada varietasnya.
Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik dengan 5-7 mahkota. Daun bunga berjumlah sama dengan mahkota, berwarna putih, halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari kuning bersel kembar, melonjong 2-3 mm ke atas. Putik berambut 3-5 helai. Hanya sekitar 2% dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan hanya meningkat jumlah buah sampai 14%.
Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu  sisi dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika di belah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20% berat biji). 

Syarat Tumbuh

Dalam penanamannya di Indonesia yang beriklim tropis, agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman teh menghendaki persyaratan iklim dan tanah yang sesuai dengan keperluan pertumbuhannya. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara,tinggi tempat, sinar matahari, dan angin.
Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang lembap dan sejuk. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu memerlukan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi, terutama di daerah pertanaman yang relatif rendah letaknya.
Suhu udara yang baik bagi tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 13oC – 25oC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dengan kelembapan relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%.
Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 m dpl sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada bulan terkering di musim kemarau. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah.
Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap petumbuhan tanaman teh. Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat sepanjang curah hujan mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar, suhu udara makin tinggi. Fungsi tanaman pelindung di daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi. Sebaliknya dalam bulan-bulan basah, kurangnya sinar matahari akan menghambat proses metabolisme, sehingga mempengaruhi mutu pucuk dan pertumbuhan tanaman teh.
Tanah yang baik sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5-6,0. Kebutuhan unsur-unsur hara mikro pada umumnya dapat dicukupi dengan pemupukan, pelepasan cadangan mineral di dalam tanah, hasil proses mineralisasi bahan organik, dan bila dianggap perlu dengan pemupukan khusus mikro. Mengenai kemampuan lahan, terdapat dua faktor yang menentukan yaitu kemiringan lahan dan ketebalan tanah lapisan atas (top soil).
Penanaman
 Tanaman teh dapat ditanam dengan berbagai jarak tanam. Jarak tanam yang optimal dipengaruhi berbagai faktor diantaranya sifat klon yang ditanam, bentuk wilayah (topografi) dan kerapatan tanaman yang dikehendaki. Pada lahan yang datar dan agak landai digunakan jarak tanam yang biasa, tetapi untuk daerah yang miring harus digunakan sistem kontur.
Kemiringan tanah
Jarak tanam
Cm x cm x cm
Jumlah tanaman per ha
Keterangan
Datar -15%
120 x 90
9.260
Baris tunggal lurus
15-30%
120 x 75
11.110
Baris tunggal lurus
>30%
120 x 60
13.888
Kontur
Batas tertentu
120 x 60 x 60
18.500
Baris berganda
Tabel Ketentuan Penanaman Tanaman Teh
Lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah di antara dua ajir. Pembuatan lubang tanam ini dilakukan setelah turun hujan yang pertama (awal musim hujan). Dengan dibiarkan terbuka selama beberapa minggu, diharapkan dapat memperbaiki sifat   fisika dan kimia tanah karena selama itu lubang terkena sinar matahari secara langsung. Penanaman tanaman teh, penanaman tanaman pelindung atau  pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Sebagai pohon pelindung sementara biasa digunakan pupuk hijauan sedangkan sebagai pohon pelindung tetap berupa pohon pelindung yang tumbuh tinggi.
Pengendalian hama dan penyakit
Tanaman teh diganggu oleh berbagai hama yang merusak perakaran, batang, ranting, daun, dan buah. Gangguan hama yang sangat besar pengaruhnya terhadap produksi daun adalah beberapa hama yang merusak daun. 
1.   Hama perusak akar
Nematoda Heterodera marioni merupakan nematoda yang banyak merusak perakaran tanaman teh dipersemaian, tetapi sedikit menimbulkan kerusakan di pertanaman. Nematoda Pratylenchus prattensi yang banyak menyerang bagian ujung akar, sehingga perakaran tanaman terutama akar rambutnya menjadi sedikit. Nematoda Meloidogyne sp. yang merusak kalus pada perakaran teh dan dapat menghambat atau menggagalkan pembentukan akar bibit stek.
2.   Hama perusak batang dan ranting
Zeuzera coffeae merupakan hama penggerek batang, dahan, atau ranting pada bagian yang keras (berkayu). Penggerek membuat lubang antara kulit dan kayu, lalu menggereknya secara melingkar. Xylobarus morigerus adalah bubuk kayu yang banyak menimbulkan kerusakan baik pada bibit di persemaian maupun perdu di pertanaman. Bubuk kayu lainnya yang gejala serangannya hampir sama adalah bubuk kayu Scolytidae dan Ipidae.
3. Hama perusak biji teh
Kepik biji Poecilocoris harwickii adalah serangga yang merusak biji dengan menusuk dan mengisap isi biji teh yang masih muda. Biji yang terserang dapat gugur sehingga hasil biji di kebun induk biji akan berkurang. Lalat biji Adrame determinate merupakan lalat betina yang biasa meletakkan telurnya di dalam biji yang retak dan mulai tumbuh di pesemaian perkecambahan. Larvanya kemudian hidup di dalam biji dan merusak keping biji sehingga biji mati.
4. Hama perusak daun
Helopeltis antonii adalah serangga dewasa dan nimfa hama ini, menyerang pucuk, daun muda, dan internodia dengan cara menusuk dan mengisap. Bagian yang terserang berbercak cokelat kehitaman dan akhirnya mengering.
Ulat penggulung daun (Homona coffearia) merupakan ulat yang merusak daun teh muda maupun tua. Ulat yang baru menetas akan mencari daun atau pucuk yang masih muda, kemudian menyerang daun yang lebih tua dan akhirnya daun teh tergulung atau terlipat pada serangan yang berat, semua daun dimakannya sehingga perdu teh menjadi tidak berdaun sama sekali.
1.   Penyakit perusak akar
Penyakit akar merah anggur yaitu penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma pseudoferrum. Penyakit akar merah anggur adalah penyakit akar yang berbahaya untuk perkebunan teh yang berada pada daerah dataran rendah dan sedang yakni pada jenis tanah latosol. Penyebaran penyakit ini melalui pohon pelindung yang peka terhadap penyakit jamur seperti Albizzia falcate, Albizzia sumatrana dan Gliricidia sepium. Penyakit akar hitam  yang disebabkan oleh jamur Roselinia arcuata Petch dan Roselinia bunodeas Sacc. Penyakit ini terdapat di daerah dengan ketinggian lebih dari 800 m dpl, terutama pada tipe andosol. Secara umum, gejala penyakit ini sama dengan penyakit-penyakit akar pada umumnya, yaitu daun-daun menguning, layu, rontok, kemudian tanaman mati. Bila dilihat pada bagian akar yang terserang akan tampak pada permukaan kayu benang-benang berwarna putih bila terserang penyakit R. arcuata atau berupa titik hitam bila terserang R. bunodes.
2. Penyakit perusak daun
Penyakit cacar teh disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyakit cacar teh atau dikenal dengan blister blight ini penyebarannya melalui spora yang diterbangkan oleh angin, terbawa serangga atau manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini yaitu kelembapan udara yang tinggi, sinar matahari, angin, ketinggian kebun dari permukaan laut, sifat tanaman. Penyakit ini menyerang pucuk peko, daun pertama, kedua, dan ketiga serta internodianya. Penyakit ini dapat dikendalikan secara kultur teknis maupun kimiawi. Penyakit mati ujung pada bidang petik disebabkan oleh jamur Pestalotia theae. Gejala yang tampak, pada bekas petikan timbul bercak berwarna cokelat dan cepat meluas ke bawah, menyerang bakal-bakal tunas yang akan tumbuh.

Tanaman Karet
Karet termasuk kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji sebagai perkembang biakan secara generatif. Biji tumbuhan karet termasuk kelompok tumbuhan  biji tertutup (Angiospermae) yakni biji tak dapat dilihat dari luar, biji karet tersebut terbungkus. Biji karet berkeping ganda sehingga termasuk dicotilae (tumbuhan biji belah). Jika diperhatikan karet semenjak kecil sampai dewasa, maka akan terlihat bahwa karet merupakan tumbuhan yang menebal kearah sisi atau mengalami penebalan sekunder  yaitu penebalan yang berasal dari pembelahan sel-sel primer pada jaringan pohon karet.
Pohon karet kecil berwarna hijau kecokelat-cokelatan, pohon karet kecil ini berasal dari pembiakan generatif, dimana biji karet berkecambah. Daun karetpun pada waktu mudanya berwarna kecoklatan dan hijau setelah cukup tua, untuk akhirnya menguning kemudian luruh. Jika tumbuh satu daun, maka untuk beberapa lama tak akan tumbuh daun lagi. Karet itu hanya akan mendewasakan daunnya terlebih dahulu baru kemudian muncul daun baru.
 Kulit kayu karet berwarna coklat keputih-putihan. Pada kulit ini, terdapat pembuluh tapis yang fungsinya sebagai jalan untuk mendistribusikan hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain dari tumbuhan. Pada kulit juga akan dijumpai jaringan parenkim yang juga berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Jaringan ini pada pohon karet terdiri dari rentetan-rentetan sel-sel yang berbentuk pipa-pipa memanjang. Di dalam pipa-pipa memanjang tersebut terdapat lateks yakni getah karet cair yang berwarna putih susu. Saluran-saluran pipa ini bila ditoreh akan mengucurkan darah putih yang dikumpulkan orang untuk kemudian diperjual beliakan sebagai karet yang berbentuk lembaran (rubber sheet).
Daun karet dalam setangkai ada tiga daun. Bagian atasnya licin dan bagian bawahnya kasar oleh tulang daun. Daun karet juga pipih hijau karena mengandung zat hijau daun ( klorofil). Ibu tulang daun memanjang dari tangkai sampai ujung akhir daun. Ibu tulang daun tersebut bercabang ke kiri dan ke kanan membentuk jariangan tulang-tulang daun. Tangkai daun berbentuk silinder memanjang, di antara tangkai dan cabang pohon terdapat sel pemisah yang terdiri dari sel-sel gabus. Sel-sel gabus ini pada waktu muda tipis dan renggang sehingga makanan dapat menerobos  masuk dan keluar dari daun.
Tumbuhan karet bunganya berumah satu (monoecus) maksudnya pada suatu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina secara terpisah. Penyerbukan dapat dilakukan sendiri (autogami) atau dapat dilakukan dengan penyerbukan tetangga (geitogami), penyerbukan silang (alogami) dan bastar. Penyerbukan akan menghasilakan buah.
Buah karet berwarna hijau dan bergetah pada waktu muda dan tuanya  berwarna kehitaman. Warna hitam tersebut adalah warna kulit buah karet, sedangkan warna buahnya putih keras dengan ruang-ruang berjumlah tiga yang berisi biji karet. Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan memiliki warna hitam kecoklatan diselingi bercak putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan juga berbelah dua (biji belah). Biji karet tersebutlah yang akan tumbuh menjadi lembaga bagi pembiakan generatif karet. Pohon karet berbunga, dimulai dari meluruhnya seluruh daun karet, kemudian bersemi kembali diikuti dengan berseminya bunga karet.
Karet dapat berkembang biak secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif dengan menggunakan biji sebagai alat perkembang biakan sedangkan secara vegetatif dengan stek atau dengan okulasi (penempelan). Karet akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan yang tak boleh kurang dari 200 mm. Pertumbuhan dengan subur pada daerah dengan derajad lintang 6o LU sampai dengan 6o LS. Di luar daerah tersebut pertumbuhan karet akan terhambat.
Dalam satu hektar, berisi tanaman karet sekitar 500 pohon, akan tetapi pohon-pohon tersebut harus terus diseleksi untuk mendapatkan pohon karet yang baik. Pengurangan terus menerus sampai jumlah pohon karet yang tinggal sekitar 200 pohon dalam satu hektar akibat pembuangan pohon-pohon yang tak sehat. Jarak masing-masing pohon terhadap pohon lainnya adalah 3-7 m.  Karet mulai menghasilkan getah bila telah berumur 5-6 tahun.
Tanaman karet tak memilih tanah, pohon ini dapat tumbuh di tanah vulkanis tua, vulkanis muda, maupun tanah alluvial. Namun, demikian kesuburan tanah tentu saja sangat mempengaruhi tumbuhnya karet, demikian juga dengan air tanah. Air tanah yang dangkal dan tak mengalir akan membuat akar karet membusuk. Karena itu harus dibuat pola pengeringan (drainase pattern), pada  perkebunan karet tersebut.
Penyadapan karet dilakukan bila karet telah mencapai usia 5 sampai 6 tahun. Penyadapan dilakukan pada pohon melingkar agak miring pada kulit pohon. Penyadapan bertujuan memotong pipa saluran getah yang merupakan jaringan parenkim yang terdapat pada kulit pohon. Semakin banyak sadapan pada kulit, maka makin banyak getah yang keluar. Torehan pada kulit merupakan saluran bagi getah karet untuk mengalir. Getah karet akan hanya mengucur selama 2 sampai dengan 2,5 jam, kemudian berhenti. Getah keret tersebut harus dikumpulkan, kemudian dibekukan untuk dijadikan lembaran karet atau karet bongkahan. Pada umumnya lateks dioproses menjadi karet beku yang berbentuk lembaran (rubber sheet). Lateks tersebut dibekukan dengan menggunakan asam semut CH3COOH, sejenis gugus asam fomiat. Sebelumnya karet tersebut disaring dari kotoran yang ikut bersama dari perkebunan.

Tanaman Kakao
Tanaman kakao bukanlah merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Benua Amerika yang memiliki iklim tropis. Sangat sulit untuk mengetahui dimana negara bagian benua yang merupakan asal tanaman kakao tersebut secara pasti karena tanaman ini telah tersebar secara luas semenjak penduduk daerah itu masih hidup mengembara.
            Ada dua macam varietas utama tanaman kakao ini yaitu criollo dan forastero. Criollo ini berasal dari dari amerika tengah terutama di hutan belantara Nicoya, sedangkan Forastero berasal dari Amerika Selatan yaitu lembah perairan hulu sungai Amazon dan Orinoco. Sedangkan hasil silangan antara dua varietas tersebut dinamakan trinitario.
Habitat Tanaman
Untuk memperoleh hasil panen yang optimal diperlukan dan wajib diketahui habitat tumbuh tanaman ini. Masalah ini merupakan masalah yang cukup rumit, karena pertumbuhan tanaman kakao harus disesuaikan dengan lingkungan fisik tempat kakao tersebut tumbuh.
Adapun faktor-faktor iklim yang mempengaruhi tanaman kakao ini antara lain:
1.   Curah Hujan
Umumnya tanaman kakao menghendaki daerah-daerah dimana curah hujannya rata-rata 1500 mm per tahun dan terbagi rata sepanjang tahun. Untuk sifat fisik yang berlainan berlainan pula curah hujan yang dikehendaki.
2.   Suhu Udara
Pohon kakao menghendaki suhu udara rata-rata setahun adalah diantara 150-250C. Suhu yang rendah akan menyebabkan tertundanya pembungaan dan akan menyebabkan terhentinya perkembangan primordia bunga dan akan mengalami perkembangan normal jika suhunya naik di atas 250C.
3.   Kelembaban Udara
 Tanaman kakao ini menghendaki kelembaban yang relatif konstan dan relatif tinggi,yaitu di atas 80%. Pada tingkat kelembaban yang tinggi, tanaman kakao dapat menyesuaikan diri terhadap kekurangan air dalam tanah selama musim kering.
Selain faktor iklim yang mempengaruhi tanaman kakao, faktor selanjutnya adalah adanya pohon pelindung yang berfungsi untuk pengurangan sinar matahari, suhu udara dan gerakan udara/kecepatan angin, serta berpengaruh terhadap kelembaban udara dan kelembaban tanah.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan dalam kegiatan usahah pertanian. Tanaman kakao yang dipelihara serta dirawat secara baik akan memberikan hasil yang optimal yang nantinya akan berdampak pada nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman kakao ini merupakan tanaman yang ‘manja’, artinya memerlukan banyak perhatian. Pengabaian masalah pemeliharaan ini selama satu tahun akan berakibat dua tahun kakao tersebut tidak akan berproduksi selama dua tahun. Pemeliharaan ini mencakup :
1. Pemeliharaan prasarana fisik
2. Mengolah tanah dan mengawetkan kesuburan tanah.
3. Sisipan/sulaman
4. Pemuliaan tanaman
5. Pemangkasan
6. Pemupukan 
 7. Pengendalian Gulma
Perbanyakan Tamanan.
            Tanaman kakao dapat diperbanyak melalui dua cara yaitu:generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif kurang banyak diminati, karena dengan cara ini akan dihasilkan tanaman yang tidak seragan sebab terjadi segregasi genetis. Sebaliknya, dengan perbanyakan vegetatif akan dihasilkan keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang sama dengan pohon induknya.
Produksi Kakao di Indonesia
Kakao di Indonesia mulai dikembangkan secara luas dalam budi daya perkebunan adalah sejak tahun 1970an. Pengembangan kakao di Indonesia terbagi ke dalam dua kelompok yaitu melalui perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Pada perkebunan rakyat tanaman tersebut ditanam secara swadaya oleh petani dan teknologi yang digunakan masih sangat sederhana. Sebaliknya pada perkebunan besar, faktor-faktor produksi yang digunakan serta teknologinya jauh berbeda dengan Perkebunan Rakyat.
Perkebunan besar mengembangkan komoditi kakao ini melalui pola perkebunan inti rakyat( PIR) dan pola unit pelaksana proyek(UPP). Pola PIR dimaksudkan untuk meningkatkan peranan perkebunan besarbai negara maupun swasta sebagai perusahaan perkebunan inti. Usaha-usaha intensifikasi dan rehabilitasi dilaksanakn melalui UPP, guna peningkatan produktivitas perkebunan rakyat yang ada melalui pembinaan terpadu yang meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, pengolahan dan pemasaran hasil.

Tanaman Kopi
Text Box: Gambar 3.5 
Tanaman Kopi
            Tanaman kopi bukanlah tanaman asli asal Indonesia, melainkan tanaman yang berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi ini tekah dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan. Di Jawa tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan dapat berproduksi dengan baik. Jenis-jenis kopi yang biasa di budidayakan adalah Kopi Arabica, Canephora/Robusta, dan kopi Liberika. Untuk spesifikasi pada masing-masing jenis kopi ini akan diuraikan dibawah ini:
1.   Kopi Arabika
Daerah asal kopi Arabika ini adalah pegunungan  Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut dapat tumbuh dengan baik secara alami di hutan-hutan pada ketinggian sekitar 1500-2000 meter dpl. Ciri-ciri untuk tanaman ini adalah:
·      Berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12-15 cm x 6 cm, dan panjang buah sekitar 1,5 cm.
·      Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
·      Bila batang tak dipangkas, tinggi tanaman bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon yang ramping.
·      Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
·      Menghendaki angin yang tenang.


2.   Kopi Canephora
Kopi ini sering disebut juga sebagai kopi robusta. Nama robusta ini sendiri dipergunakan sebagai tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botani. Sedangkan ciri-ciri untuk kopi robusta ini adalah:     
·      Bau dan rasanya tidak seenak kopi arabika, maka harganya lebih rendah.
·      Pemeliharaannya lebih murah dan lebih mudah.
·      Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari batangnya tumbuh cabng-cabang.
3.   Kopi Liberika
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika penyebarannya sangatlah cepat dan telah diperkirakan bahwa jenis ini hanya tinggal satu persen saja dari selurh jenis kopi yang ada. Jenis kopi Liberika ini mempunyai sifat-sifat:
·      Tanaman yang tidak dipangkas, bisa mencapai ketinggian lebih dari 10 meter.
·      Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah beberapa kali.
·      Besar kecilnya buah tidak merata.
·      Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun basah.
Habitat Tanaman
            Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada habitat tumbuhnya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila kita menginginkan hasil produksi yang optimal adalah:
1.   Tanah
Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu berasal. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur dan banyak mengandung humus serta bertekstur sangat baik.
2.   Daerah penyebaran, tinggi tempat, dan suhu
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah tropis dan subtropis yang membentang di sekitar garis ekuator, dan dapat hidup pada dataran rendah sampai dataran tinggi.
3.   Curah hujan
Pengaruh curah hujan terhadap tanaman kopi, yang penting bukanlah banyaknya, melainkan pemerataan atau pembagian curah hujan tersebut dalam masa satu tahun. Batas minimal dalam satu tahun sekitar 1000-2000 mm, sedang yang optimal sekitar 1750-2500 mm.
4.   Angin
Pohon kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih di musim kemarau. Karena angin itu akan mempertinggi penguapan air padapermukaan tanah perkebunan.
Pemeliharaan Tanaman
1.   Penyulaman
Beberapa minggu setelah selesai penanaman, hendaknya dilakukan pemeriksaan di kebun. Bila ternyata ada yang menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan pada musim-musim keadaan tanahnya masih memungkinkan.
2.   Mengerjakan tanah / mendangir
Agar peredaran udara dan air dapt berjalan dengan baik, maka tanah perlu dilonggarkan. Apabila tanaman itu masih muda, tanah cukup di cangkul tipis di sekeliling batang dengan jarak kurang lebih 30 cm dari batang, kemudian untuk tahun selanjutnya dapat diperdalam atau diperlebar.
3.   Pemangkasan
Pada perkebunan kopi yang baik harus selalu diadakan pemangkasan baik tanaman pokok maupun tanaman pelindung. Tanaman kopi jika dibiarkan saja dari kecil hingga besar akan mencapai tinggi 7-10 m, sehingga akan menyulitkan dalam pemeliharaan dan pemungutan hasil dan juga akan menurunkan produksi dari kopi itu sendiri. Hal seperti ini dilakukan dengan maksud:
·      Memberi keleluasaan masuknya cahaya kepada tanaman kopi secara merata.
·      Memperlancar udara, sehingga proses penyerbukan bisa berlangsung secara intensif
·      Menghindarkan kelembaban
·      Membuang semua cabang tua yang kurang produktif atau terkena hama, sehingga zat hara dapat disalurkan kepada cabng-cabang muda yang lebih produktif.
4.   Pemupukan
Pemupukan serta pemberantasan hama penyakit diperhatikan dengan cermat, begitu pula dengan cara bercocok tanamnya. Pemakaian pupuk yang tepat dapat membantu meratakan atau menaikan produksi.
Perbanyakan Tanaman
            Perbanyakan tanaman kopi ini dapat dilakukan secara generatif ataupun vegetatif. Untuk perbanyakan secara generatif hal yang pernting yang harus dilakukan adalah memilih biji untuk ditanam kembali dan untuk menghasilkan individu yang baru. Biasanya biji yang dipilih adalah biji yang berasal dari buah ynag telah masak dan tidak cacat sedikitpun. Biji-biji baru ini akan tumbuh 90- 100% sedang untuk biji ynag disimpan dalam jangka waktu sekitar 6 bulan maka daya tumbuhnya akan berkurang menjadi 60 -70%.
            Pembiakan tanaman secara vegetatif pada kopi yang pernah dan sering dijalankan adalah dengan cara menyambung dan menyetek, dari kedua kemunkinan tersebut, yang sering dilakukan adalah dengan cara menyambung. Sedang menyetek belum begitu meluas, karena kemungkinan hidup sangat kecil dan tidak semua jenis dapat distek.
Produksi Kopi di Indonesia
Selama 30 tahun terakhir, areal tanaman kopi di Indonesia telah meningkat menjadi lebih dari 3 kali lipat. Perluasan ini terjadi terutama karena tanaman rakyat yang semakin berkembang, sementara itu areal perkebunan besar ternyata justru semakin berkurang. Sejak akhir tahun 1969 perkembangan areal perkebunan dan produksi kopi ditangani oleh pemerintah ialah Deptan, melalui National Coffee Policy Plan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dai ICO dimana Indonesia turut menjadi anggota. Hal ini dimaksudkan agar keperluan ekspor kopi dunia dan konsumsi dalam negeri bisa terpenuhi. Dengan adanya usaha yang ditanagni oleh pemerintah ini, akhirnya sejak tahun 1950, poduksi kopi Indonesia telah melonjak menjadi 3 kali lipat.
Dibandingkan denagn keadaan tahun 1950-an, hasil rata-rata per ha ada tahun 1970-an banyak mengalami kemajuan, dan praktis hampir sama dengan produktivitas pada tahun 1930-an ketika sebagian besar dari penanaman tersebut masih lebih muda. (tabel 3). Pada tahun 1974/1975 tanaman kopi perkebunan besar di Jawa Timur telah berumur lebih dari 30 tahun kurang lebih berkisar sekitar 50%.

Tanaman Kelapa Sawit
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) secara pasti belum dapat diketahui. Namun ada dugaan kuat bahwa tanaman ini berasal dari dua tempat yaitu Amerika Selatan dan Afrika. Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis gineensis berasal dari Afrika. Sampai saat ini, kedua spesies di atas sudah menyebar ke seluruh negara beriklim tropis, termasuk di Indonesia.
   Kelapa  sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan tanaman lain . Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol yang rendah bahkan tanpa kolesterol.
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per hektar), tingkat poduksi ini termasuk tinggi.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit(PKO atau palm kernel oil ) yang tidak berwarna. CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun dll. Adapun jenis dari kelapa sawit itu sendiri  antara lain dura, tenera, dan pisifera.
B. Habitat Tanaman
1.      Curah Hujan
Curah hujan yang baik untuk perumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan merata sepanjang tahun hujan yang tidak turun selama 3 bulan akan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun.
2. Intensitas Matahari
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karna jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang.
3. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan. Dilahan–lahan yang permukaan tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.
Pemeliharaan Tanaman
·      Pengendalian Gulma
            Gulma di perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan supaya secara ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi. Adanya gulma di perkebunan kelapa sawit tentu saja akan merugikan. Alasannya, gulma akan menghambat jalan pekerja dan juga akan menjadi pesaing tanaman kelapa sawit itu sendiri dalam hal menyerap unsur hara dan air, serta juga berkemungkinan gulma menjadi tanaman inang yang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Biasanya pemberantasan hama atau tanaman gulma menggunakan herbisida, selain itu juga dapat dilakukan secara manual memakai cangkul atau garpu.

·      Kastrasi
            Kastrasi merupakan istilah di perkebunan kelapa sawit yang artinya membuang semua bunga yang ada pada tanaman kelapa sawit muda atau TBM(tanaman belum menghasilkan). Kastrasi pada tanaman kelapa sawit dilakukan pada saat tanaman berumur 26 bulan. Secara fisiologis, kastrasi menguntungkan karena semua hasil fotosintesis akan tersalurkan untuk pertumbuhan batang sehingga batang pohon kelapa sawit lebih tegap dan sehat.
·      Pengendalian hama dan penyakit
            Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit tidak cepat diberantas maka hal yang akan terjadi adalah produksi buah kelapa sawit akan menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas.
            Jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya adalah hama ulat, hama kumbang, dan hama tikus. Sedangkan untuk penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma lucidum. Ganoderna lucidum dikenal sebagai parasit fakultatif, parasit lemah, atau parasit luka. Hingga sekarang, belum ditemukn cara pemberantasan yang efektif, sehingga hanya dapat dilakukan pembatasan penyebaran penyakit. Caranya yaitu dengan menebang tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit ini, pangkal batang dan sisa akar dibakar di tempat tersebut.
·         Pemupukan
             Pemupukan merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi. Hasil penelitian menunjukkan pemupukan mutlak dilakukan karena secara nyata bisa meningkatkan produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman. Pemupukan di lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan untuk areal tersebut. Rekomendasi pemupukan di suatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, potensi produksi, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, serta hasil percobaan pemupukan pada tanaman kelapa sawit.
            Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang dibuat melingkar di sekitar tanaman. Piringan tersebut dibuat dengan cara membersihkan rumput yang ada di sekitar tanaman dengan jari-jari piringan 2 m. Sedangkan untuk frekuensi pemupukan yang dianjurkan adalah dua kali dalam satu tahun, masing-masing setengah dosis. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Namun pada kenyataannya, pemupukan biasanya hanya dilakukan satu kali dalam setahun.

Tanaman Kelapa
Salah satu tanaman perkebunan yang dikenal di Indonesia adalah kelapa. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah yaitu Cocosnucifera, dan berasal dari keluarga palmae. Tidak diketahui tempat asal tetapi dibawa ke negara ini melalui ombak laut. Di Malaysia penanaman secara komersil bermula pada awal tahun 1900. Di Malaysia kebanyakan kelapa ditanam persisiran pantai Semenanjung, Sabah dan Sarawak, sedangkan di Indonesia sebagian besar ditanam di Sulawesi, namun beberapa tempat seperti Sumatra dan Jawa juga menghasilkan kelapa namun dalam jumlah yang sedikit.
Pohon kelapa tumbuh subur di tanah berpasir dan sangat toleran terhadap salinitas.pohon kelapa lebih menyukai daerah dengan banyak sinar matahari dan curah hujan biasa (150 cm hingga 250 cm per tahun), menjadikan kelapa membuat koloni di sepanjang garis pantai. Kelapa juga perlu kelembaban yang tinggi (70%-80%) untuk pertumbuhan optimal, itulah sebabnya mereka jarang terlihat di daerah-daerah dengan kelembaban rendah, seperti Mediterania, bahkan di mana suhu cukup tinggi (secara teratur di atas 24 ° C atau 75,2 ° F). Kelapa membutuhkan kondisi hangat untuk pertumbuhan yang sukses, dan tidak tahan terhadap cuaca yang dingin.
Pohon kelapa sangat sulit berada diiklim kering, dan tidak dapat tumbuh di sana tanpa pengairan yang baik; dalam kondisi kekeringan, daun-daun baru tidak terbuka dengan baik, dan daun yang lebih tua mungkin menjadi kering, buah juga cenderung dijatuhkan.



Ciri-Ciri Fisiologis Kelapa
1.      Tanaman Dasar
Kelapa adalah tumbuhan saka, umur ekonomis adalah lebih dari 25 tahun. Tinggi tanaman mencapai 6-30 m tergantung kepada varietas.
2.      Daun
Pada pohon yang tua terdapat 30-40 pelepah dengan panjang 6 m. Setiap pelepah mengandungi helai daun bersebelahan berukuran  panjang 1.0-1.5 m. Setiap pelepah terdapat 300 helai daun yang berderet ke ujung pelepah.
3.      Bunga
Tanaman ini mulai berbunga pada umur 3-4 tahun. Bunga muncul dari bawah pelepah di mana bunga jantan dan betina berasal dari tandan yang sama. Setiap tandan berisi 8,000-10,000 bunga jantan dan 10-50 bunga betina.
4.      Buah
Buah kelapa berwarna hijau dan kuning pada waktu muda tergantung pada varietas dan berwarna coklat apabila tua. Buah berbentuk bulat dan diselimuti oleh kulit berserabut tebal.
Habitat Tanaman
Kelapa membutuhkan kondisi hangat untuk pertumbuhan yang baik, dan tidak toleran terhadap cuaca dingin. Pertumbuhan optimal dengan rata-rata suhu tahunan 27 °C. mereka akan bertahan hingga suhu ke 0 °C . Suhu dingin biasanya berakibat fatal, walaupun pohon kelapa dapat tumbuh pada suhu -4 °C. Pohon kelapa  dapat tumbuh dengan baik tetapi tidak berbuah di wilayah di mana tidak ada cukup kehangatan. Kelapa bisa hidup di hampir semua jenis tanah. Secara umum tanah hendaklah rata serta mempunyai struktur dan sistem pengairan yang baik.
Varietas Kelapa
            Terdapat beberapa varietas komersil yang ditanam di Malaysia seperti Malayan Tall (MT), Malayan Yellow Dwarf (MYD), Malayan Green Dwarf (MGD), Malayan Red Dwarf (MRD), MAWA, kelapa Tinggi Afrika (WAT), Rennel Tall, Tagnanan Tall, Matag dan Pandan.

Ciri-ciri varietas                             
            Ciri-ciri dari varietas tanaman kelapa dari jenis MT, MAWA, MYD, MRD, dan pandan dapat kita lihat dalam tabel :
Tabel 1 perbandingan antar berbagai varietas
Ciri-Ciri
MT
MAWA
MYD
MRD
Pandan
Jenis Pokok
Tinggi
Sederhana
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi Pokok
23m
13m
7.7m
9.6m
7.9m
Panjang pelepah
5.0m
5.3m
4.0 m
4.5 m
4.6m
Warna Buah (Muda)
Hijau/kuning
Hijau/kuning
Kuning
Merah 
Hijau
Hasil (Biji/ha/tha)
7,000-10,000
19,000
27,000
25,600
35,500

Pemberantasan Hama dan Penyakit
Penyakit
            Penyakit Bintik Daun adalah penyakit yang biasa menyerang kelapa. Ini disebabkan oleh Curvularia maculans, Helminthosporium incurvatum dan Pestaliopsis palmarum. Tanda serangan akan menunjukan tampak kelabu dan biasa terjadi pada tingkat semaian. Penyakit ini bisa diatasi dengan caramemberi jarak penanaman anak pokok di semaian. Pemberian bahan kimia menggunakan Captan pada 0.2 % a.i/ha.
            Penyakit Benang Putih yang disebabkan oleh Marasmielus semiustus akan menyebabkan pucuk tanaman mati. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak benih muda dan saluran air yang buruk.
            Penyakit Reput Lembut disebabkan oleh Geotrichum candidum, Cerocytis peradoxa dan Fusarium sp. Penyakit ini tidak boleh diberantas oleh sembarang bahan kimia.
Hama
            Serangga perusak yang biasa terdapat di kawasan kelapa ialah Kumbang Badak (Orycetes rhinocerous). Kumbang dewasa akan masuk ke dalam pucuk dan memakan lapisan muda. Serangan akan menyebabkan tanaman mati. Pemberantasan  boleh dilakukan dengan menggunakan obat gegat atau carbofuran.
            Kumbang belang merah (Rhynchophorous schach) menyerang pada pucuk dan memakan pucuk muda. Pemberantasan bisa dilakukan dengan menggunakan racun monocrotophos atau methamidophos atau carbofuran. 

0 komentar:

MORE POSTING

TV Indonesia

>>>Kalau Mau Nonton TV, stop/Pause the Gen FM Radio!
Glitter Words

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management